Penggolongan antibiotik, mekanisme kerja, dan contoh
ANTIBIOTIK
Antimikroba atau antibiotik ialah obat-obat yang
digunakan untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia (dalam bahasan ini,
terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk parasit).
Catatan penting: usahakan mengkonsultasikan sebelum mengkonsumsi antibiotik kepada Dokter ataupun apoteker. Banyak aturan ketat yang harus di jalankan untuk menjalankan penatalaksanaan yang baik dan aman bagi masyarakat, ketepatan diagnosa oleh tenaga medis dan kewajiban menghabiskan antibiotik oleh passien sangat berperan penting pada penatalaksanaan pengobatan dengan antibiotik.
Obat-obat antimikroba mempunyai 5 mekanisme kerja utama, yaitu:
1. ANTIMETABOLIT.
ü
Antimikroba bekerja memblok tahap metabolik
spesifik mikroba.
ü
Contoh :(1) Sulfonamid, (2)
Trimetoprim.
ü
Sulfonamid menghambat pertumbuhan sel dengan
menghambat sintesis asam folat oleh bakteri. Sulfonamid bebas secara struktur
mirip dengan asam folat, para-amino asam benzoat (PABA), dan bekerja sebagai
penghambat kompetitif untuk enzim-enzim yang langsung mempersatukan PABA dan
sebagian pteridin menjadi asam dihidropteroat.
ü
Trimetoprim secara struktur analog pteridin
yang dibagi oleh enzim dihidrofolat reduktase dan bekerja sebagai penghambat
kompetitif enzim tersebut yang dapat mengurangi dihidrofolat menjadi
tetrahidrofolat.
2. PENGHAMBAT SINTESIS DINDING SEL.
ü
Antimikroba menghambat sintesis atau
aktivitas enzim yang dapat merusak dinding sel bakteri.
ü
Contoh : (1) Penisilin, (2)
Sefalosporin, (3) Vankomisin, (4) Ristosin, (5) Basitrasin, dan (6) Sikloserin.
3. PENGHAMBAT FUNGSI MEMBRAN SEL.
ü
Antimikroba bekerja
secara langsung pada membran sel yang mempengaruhi permeabilitas
dan menyebabkan keluarnya senyawa intraseluler bakteri.
ü
Dalam hal ini antimikroba dapat:
(1) berinteraksi dengan sterol membran sel pada jamur,
contoh : Amfoterisin B dan Nistatin
(2) merusak membran sel bakteri gram negatif, contoh: Polimiksin, dan Kolistin.
4. PENGHAMBAT SINTESIS PROTEIN.
ü
Antimikroba
mempengaruhi fungsi ribosom bakteri yang menyebabkan sintesis protein dihambat.
ü
Dalam hal ini AM dapat:
(a) berinteraksi dengan ribosom 30S, contoh: aminoglikosid, tetrasiklin dan spektinomisin.
(b) berinteraksi dengan ribosom 50S, contoh
: Kloramfenikol, Linkomisin, Klindamisin, Eritromisin
5. PENGHAMBAT ASAM NUKLEAT.
ü
Antimikroba
mempengaruhi metabolisme asam nukleat.
ü
Contoh: (1)rifampisin mengikat dan menghambat
DNA-dependent RNA polimerase yang ada pada bakteri, (2)Kuinolon
menghambat DNA girase, dan (3) Metronidazol menghambat sintesis DNA.
Antibiotik
adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri, fungi,
aktinimisetes) atau dihasilkan secara sintetis yang dapat membunuh atau
menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain.
Jenis-jenis
kuman penyebab infeksi secara umum :
1. Kuman
gram positif
Dibedakan
menjadi 2 kelompok :
a. Aerob
Meliputi : koken
(streptokokus, stafilokokus), basilus (saprofit), spiral (treponema dan
leptospira), batang (korinebakteria), dll.
Contoh
infeksi saluran nafas oleh streptokokus.Antibiotik pilihan utama yang digunakan
adalah penisilin, eritromisin, sefalosforin.
b. Anaerob
Meliputi :
batang (clostridia ; C.tetani, C.gangreen).
Antibiotik
pilihan utama yang digunakan adalah penisilin, juga metronidazole.
2. Kuman
gram negatif
a. Aerob
Meliputi : koken
(N.gonorrhoeae, N.m,eningtidies, pneumokokus), enteric (E.coli, klebsiela,
enterobakteri), salmonella, sigella, vibrio, pseudomonas, hemofilus, dll.
Antibiotik yang
cocok digunakan adalah penisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, sefalosforin.
Contoh : untuk
vibrio adalah tetrasiklin, untuk salmonella dan hemofilus adalah kloramfenikol
b. Anaerob
Meliputi :
bakteriodes dan fusobakterium.
Antibiotik yang dapat
digunakan adalah linkomisin, klindamisin, beberapa sefalosforin, metronidazole,
kombinasi amoksisilin+asam klavulanat.
Antibiotik
dapat bersifat :
1. Bakteriostatik
Yaitu
menghambat atau menghentikan pertumbuhan bakteri.Tidak terdapat lagi
multiplikasi atau perkembangan.
Contoh
: sulfonamide, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, linkomisin,
klindamisin, nitrofurantoin (dosis rendah), PAS (para amino salicylic acid),
novobiosin
2.
Bakterisid
Yaitu
bersifat membunuh bakteri. Jumlah bakteri akan berkurang atau habis, tidak
terdapat lagi multiplikasi atau perkembangan mikroba.
Contoh
: penisilin, sefalosforin, streptomisin, neomisin, kanamisin, gentamisin,
kotrimoksazol, polimiksin, kolistin, INH, vankomisin, basitrasin,
nitrofurantoin (dosis tinggi)
Penggolongan antibiotik
(AB) berdasarkan susunan senyawa kimiawi :
A.
Golongan
PENISILIN
-
Merupakan AB betalaktam
-
Mekanisme kerja :
dengan menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis
dinding sel mikroba, meningkatkan pecahnya dinding sel.
-
Bersifat bakterisid
pada mikroba yang aktif membelah, yang tidak membelah tidak dipengaruhi.
Berdasarkan aktivitas antimikroba, dibedakan
menjadi:
1. Penisilin
G dan V
-
Sangat aktif terhadap
kokus gram positif
-
Mudah terhidrolisis
oleh penisilinase, sehingga tidak aktif untuk sebagian besar stafilokokus
-
Penisilin G (benzyl
penisilin) , rute pemberian : im, iv, intratekal, berisi 200 ribu – 20 juta
unit
-
Penisilin V
(fenoksietil penisilin), peroral, 250 mg/tab dan sirup 100 mg/5ml
-
Penisilin G, efektif
untuk semua pneumokokus, meningitis, faringitis, ototis media, urethritis
2. Penisilin
yang resisten terhadap penisilinase (metisilin, nafsilin, oksasilin,
kloksasilin, dikloksasilin,flukloksasilin
-
Kurang peka terhadap
mikroorganisme yang sensitive terhadap penisilin G
-
Dikloksasilin oral
1g/hari, untuk anak 25 mg/kg BB
-
Kloksasilin oral 1-2
g/hari, untuk anak 50 mg/kg BB
3. Aminopenisilin
:Ampisilin, amoksisilin, dll, grup
penisilin yang aktivitas antimikrobanya lebih luas, termasuk mikroba Gram
negative seperti Haemophilus influenza, E.coli, Proteus mirabilis.
-
Mudah dihidrolisis oleh
stafilokokus (penghasil penisilinase)
-
Untuk
ISPA, ISK (ampisilin), meningitis, infeksi salmonella
-
Dosis: dewasa
2-4g/hari, anak 50-100 mg/kg BB/hari
4. Karbenisilin,
tikarsilin, azlosilin
-
digunakan untuk spesies
pseudomonas, enterobakter, proteus
-
kemampuanya lebih
rendah dibawah penisilin dalam melawan kokus gram positif dan Listeria
monositogenes
5. Mezlosilin,
piperasilin, azlosilin
-
Efektif untuk
klebsiela, pseudomonas, dan beberapa gram negative tertentu
o Absorbsi
:
-
Pada pemberian peroral,
1/3 dosis diabsorbsi melalui usus
-
2/3 dosis oral
diteruskan ke kolon dan terjadi pemecahan oleh bakteri
-
Sejumlah kecil
diabsorbsi melalui lambung
-
Pada pH 2, segera
memusnahkan antibiotic ini karena tidak tahan asam
-
Kadar maksimal dalam
darah tercapai dalam waktu 30-60 menit
-
Adanya makanan dapat
mengganggu absorbs semua penisislin diusus
-
Diberikan
30 menit sebelum makan atau 2 jam setelah makan
o Ekskresi
: umumnya melalui ginjal
o Efek
samping :
-
Reaksi alergi : ruam
kulit, anafilaktik, edema angioneurotik
-
Terapinya : dengan antihistamin
dan kortikosteroid, adrenalin (syok anafilaktik)
B.
Golongan
SEFALOSFORIN
-
Dihasilkan oleh jamur
Cephalosporium acremonium
-
Mekanisme kerja :
menghambat sintesis dinding sel bakteri, mirip kerja penislin
-
Aktif terhadap gram
positif dan gram negative
Klasifikasi sefalosforin berdasarkan aktivitas
antimikroba :
1. Sefalosforin
generasi pertama
-
Contoh : sefazolin (injeksi
:1-1,5g/6jam), sefalotin (injeksi : 1-2g/4 jam), sefaleksin (oral: 1g/6 jam),
sefradin (injeksi : 2g/6jam, oral : 1 g/6 jam) sefadroksil (oral : 1g/12 jam)
-
Baik untuk Gram positif
dan Gram negatif
-
Juga untuk E.coli,
Klebsiella pneumonia, C.difteria, clostridium
-
Tahan terhadap bakteri
penghasil penisilinase
2. Sefalosforin
generasi kedua
-
Contoh : sefamandol
(injeksi : 2g/4jam), sefaklor (oral : 1g/8jam), sefuroksim (injeksi :
3g/8jam), sefoksitin (2g/4jam), seforanid (1g/12jam)
-
Lebih unggul terhadap
Gram negatif dibanding Generasi I, tapi kurang dibanding Generasi II
-
Kurang efektif untuk
Gram positif
-
Sefamandol aktivitasnya
lebih menonjol untuk H.influenza dan klibsiella
3. Sefalosforin
generasi ketiga
-
Contoh : sefotaksim (injeksi : 2g/4 jam), seftriakson (injeksi :2g/12jam),
seftizoksim (injeksi :3-4g/8jam), sefoperazon (injeksi : 1,5-4g/6-12jam), sefiksim (oral), seftazidim (injeksi, sefoperazon (injeksi)
-
Kurang efektif terhadap
Gram positif dibanding dengan Generasi I
-
Efektif terhadap
enterobakter, termasuk penghasil penisilinase
-
Seftazidim efektif
untuk pseudomonas dibanding sefoperazon
4. Sefalosforin
generasi keempat
-
Contoh : sepefim
(injeksi : 2g/12jam), sepfirom (injeksi)
-
Efektif untuk
enterobakteri yang resisten terhadap sefalosforin lainnya
-
Efektif untuk Gram
negative
-
Kurang aktif terhadap
pseudomonas dibanding seftazidim
-
Tidak aktif terhadap
S.aures yang resisten terhadap metisili, pneumokokus yang resisten terhadap
penisilin
o Efek
samping : reaksi alergi, anafilaktik, urtikaria, bronkspasme, diare
C.
Golongan
TETRASIKLIN
-
Contoh : tetrasiklin, demeklosiklin,
doksisiklin, oksitetrasiklin
1.
Tetrasiklin :
-
Bersifat bakteriostatik
-
Mengikat subunit 30S
ribosom dan mempengaruhi sintesis protein
-
Pemberian peroral dapat
membentuk komplek yang tidak di larut dalam usus dengan kalsium, magnesium, ferrum,
aluminium, susu, antasida, menyebabkan absorbs tetrasiklin terhambat
-
Pemberian i.v untuk
infeksi yang berat
-
Indikasi
:
·
Obat pilihanpada
infeksi oleh riketsia, klamidia, vibrio cholera, hemophilus ducreyi, dan
pasteurella
·
Terapi alternative
untuk infeksi Listeria monocytogenes, N.gonorrhoeae
-
Toksisitas :
·
Pemberian i.v dapat
menyebabkan hepatotoksik, thrombophlebitis
·
Perubahan warna gigi
pada fetus dan neonatus
·
Gangguan
gastrointestinal
·
Gangguan ginjal
2.
Demeklosiklin
:
-
Absorbs gastrointestinal
dipengaruhi makanan dan susu, sama seperti tetrasiklin
-
Digunakan untuk
mengobati SIADH (syndrome of inappropriate anti diuretic hormone) yang
disebabkan oleh diabetes insipidus yang nefrogenik
3.
Doksisiklin
dan minosiklin
-
Analog sintetik
-
Diabsorbsi sempurna
disaluran pencernaan, tidak dipengaruhi makanan dan susu
-
Indikasi
:
·
Sama seperti
tetrasiklin
·
Dapat diberikan pada
pasien dengan insufiensi ginjal, tidak diakumulasi pada gagal ginjal
-
Toksisitas :
fotosensitivitas, alergi, mual, muntah, diare
4.
Oksitetrasiklin
-
Sama seperti
tetrasiklin, tetapi kurang menyebabkan perubahan warna gigi dibanding
tetrasiklin
D.
Golongan
MAKROLIDA dan LINKOSAMIDA
-
Contoh
: eritromisin,
klindamisin
-
Mekanisme kerja :
melalui pengikatan subunit 50S ribosom bakteri dan mengganggu sintesis protein
1.
Eritromisin
-
Kebanyakan obat
diakumulasi dihati dan dieksresikan oleh empedu
-
Spectrum antibakteri
sama seperti Pensilin G
-
Aktif terhadap gram
positif
-
Kebanyakan gram
negative resisten, stafilokokus juga banyak yang resisten
-
Aktif terhadap
Mycoplasma pneumoniae, treponema, klamidia, riketsia, legionella
-
Indikasi
:
·
Pilihan utama untuk
Mycoplasma pneumoniae dan legionnaire
·
Pasien yang
kontraindikasi dengan penisilin
·
Pencegahan untuk
endocarditis dan demam rematik kambuhan
·
Alternative penisilin
untuk pengobatan sifilis
·
Alternative tetrasiklin
untuk pengobatan infeksi klamidia
-
Toksisitas
:
·
alergi, gangguan
gastrointestinal, hilangnya pendengaran akibat pemakaian dosis besar.
-
Interaksi
:
·
Meningkatkan efek
digoksin (menurunkan metabolism dan meningkatkan absorbs)
·
Meningkatkan efek
teofilin (menurunkan metabolism)
2.
Klindamisin
-
Didistribusi luas ke
tulang, jaringan, dan cairan
-
Spectrum aktivitas sama
dengan eritromisin
-
Pilihan utama untuk
infeksi berat yang disebabkan oleh organisme anaerob bakteroides,fusobakterium,
dan peptokokus
-
Aktif terhadap gram
positif, tapi bukan pilihan utama
-
Tidak aktif terhadap
gram negative
-
Indikasi
:
·
Abses paru primer oleh
kuman yang rentan, pneumonia
·
Sepsis intraabdominal,
infeksi intrapelvik
·
Infeksi ortopedik
dengan kuman yang rentan
·
Baik sekali untuk
Infeksi B.fragilis
-
Toksisitas : diare
E.
KLORAMFENIKOL
-
Terikat pada subunit
50S dan 70S ribosom bakteri dan menghambat sintesis protein, memblok kerja dari
peptidil tranferase
-
Penetrasi baik ke SSP
-
Fenitoin
dan barbiturate meningkatkan metabolism dari kloramfenikol
-
Aktif terhadap gram
positif dan gram negative, riketsia, klamidia, mikoplasma
-
Indikasi
:
·
Demam tifoid akut dan infeksi salmonella yang
berat
·
Infeksi H.influenza
·
Mengobati meningitis
yang disebabkan oleh N.meningitidis dan S.pneumoniae dan pasien yang hipersensitif
terhadap penisilin
·
Terapi alternative
terhadap infeksi riketsia bila sulfonamide dan tetrasiklin tidak dapat
digunakan
-
Toksisitas :
·
Anemia aplastic
·
Penekanan sumsum tulang
·
Mual, muntah,
stomatitis, diare
·
Grey
baby syndrome karena fungsi hati yang imatur pada
neonates
F.
Golongan
KUINOLON
-
Contoh
: siprofloksasin, norfloksasin
-
Turunan asam nalidiksat
(antiseptic saluran kemih)
-
Bersifat bakterisid
-
Mekanisme kerja :
menghambat DNA girase
-
Spectrum antibakteri
meliputi : gram negative (enterebakteriaceae, serratia, providencia,
P.aeruginosa), stafilokokus, N.gonorrhaeae, H.influenzae, klamidia
-
Dosis peroral berkisar 400-600
mg/hari
-
Indikasi
:
·
Siprofloksasin,
terutama digunakan untuk infeksi kulit dan infeksi saluran nafas bawah yang
tidak dapat menggunakan antibiotic betalaktam atau aminoglikosida
·
Norfloksasin,
digunakan untuk infeksi saluran kemih akibat mikroba resisten terhadap obat
lain atau infeksi yang sering kambuh
-
Efek samping : gangguan
saluran cerna, ruam kulit, halusinasi, vertigo
G.
Golongan
AMINOGLIKOSIDA
-
Contoh
: gentamisin, tobramisin, amikasin, netilmisin, streptomisin, kanamisin,
neomisin
-
Bersifat bakterisida
-
Mekanisme kerja :
menghambat sintesis protein secara reversible, berkumpul dalam dinding sel
bakteri , terikat pada subunit 30S
-
Hanya
dapat diberikan secara perenteral
-
Penting pada pengobatan
infeksi oleh bakteri gram negative
1.
Gentamisin
-
Aktif terhadap : enterobacter,
E.coli, klebsiela, proteus, pseudomonas, Neisseria, serratia, shigella
-
Indikasi
:
·
Infeksi gram negative
·
Digunakan
secara topical pada infeksi luka bakar dan infeksi pada mata
-
Efek samping :
ototoksik, nefrotoksik
2.
Tobramisin
-
Aktif terhadap :
pseudomonas, klebsiela, enterobacter, proteus, citrobacter, providensia
-
Indikasi
: Infeksi pada semua tempat kecuali cairan serebrospinal
-
Efek samping : kurang ototoksik,
nefrotoksik
3.
Amikasin
-
Aktif terhadap :
pseudomonas, klebsiela, enterobacter, citrobacter, providensia
-
Indikasi
:
·
merupakan
obat pilihan untuk infeksi luka bakar dengan pseudomonas yang resisten
·
untuk mikroorganisme
yang resisten terhadap aminoglikosida lainnya
-
Efek samping : toksik,
sehingga perlu dimonitor kadarnya dalam plasma
-
4.
Netilmisin
-
Spectrum antibakterinya
mirip tobramisin
-
Indikasi
: untuk infeksi gram negative tertentu yang resisten terhadap gentamisin
-
Efek samping : ototoksik,
nefrotoksik
5.
Streptomisin
-
Aktif terutama terhadap
M.tuberkulosis
-
Indikasi
:
·
tuberculosis,
tularemia, glanders, bruselosis
·
bersama penisilin untuk
mengobati endokarditis oleh stafilokokus
-
Efek samping : ototoksik,
nefrotoksik, kemerahan pada kulit, anemia aplastic, trombositopenia,
neutropenia, agranulositosis
6.
Kanamisin
-
Jarang
digunakan karena kurang aktif dibanding gentamisin dan tobramisin
-
Efek
ototoksiknya paling kuat
7.
Neomisin
-
Aktif terhadap : E.coli,
klebsiela, enterobacter, proteus, dan
S.aereus
-
Indikasi :
·
infeksi
pada permukaan kulit (diberikan secara topical)
·
penderita koma
hepatikum, untuk mengurangi jumlah bakteri penghasil ammonia pada saluran cerna
(diberikan peroral)
·
profilaksis pada
penderita yang akan operasi usus (peroral sebelum operasi)
-
efek samping :
ototoksik, nefrotoksik, diare, malabsorbsi
8.
Vankomisin
-
Bersifat bakterisid
-
Aktif terhadap bakteri
gram positif
-
Tidak aktif terhadap
gram negative
-
Absorbs peroral kurang
baik
-
Indikasi
:
·
Utamanya untuk
septikemi dan endocarditis yang disebabkan oleh stafilokokus, streptokokus,
enterobakter yang resisten terhadap metisilin
·
Untuk penderita yang
alergi penisilin dan sefalosforin
·
Koilitis
pseudomembranosa, yang disebabkan C.difficile (peroral),
·
Pemberian secara i.v
terutama untuk infeksi stafilokokus yang resisten terhadap metisilin
-
Efek samping :
·
ototoksik (permanen)
dan nefrotoksik (fatal) bila diberikan dalam dosis besar, jangka lama, atau
pada pasien payah ginjal
·
thrombophlebitis, pada
pemberian secara i.v yabg lama
·
eritema dimuka dan
leher (red man syndrome) pada pemberian perinfus secara cepat
H.
Golongan
MONOBAKTAM
-
Contoh
: aztreonam
-
Merupakan senyawa
sintetik yang mengandung cicncin betalaktam
-
Aktif terhadap :
bakteri gram negative
-
Diabsorbsi dengan baik
dalam jaringan
-
Ekskresi melalui urin
-
Indikasi
:
·
Infeksi intraabdomonal
·
Pneumonia oleh gram
negative
·
Infeksi saluran kemih
·
Infeksi ginekologis
-
Efek samping : nefrotoksik,
anafilaktik, iritasi local dan bengkak pada tempat suntikan
I.
POLIMIKSIN
B
-
Bersifat bakterisid
-
Aktif terhadap bebagai
kuman gram negative seperti : Pseudomonas
aeuroginosa (paling sensitive), E.coli, haemophilus, klebsiela,
enterobacter, salmonella, shigella, vibrio, pasteurella, bordetella
-
Pemberian peroral tidak
diabsorbsi
-
Pemberian parenteral
jarang digunakan karena efek nefrotoksinya kuat
-
Hanya untuk pemakaian
local
-
Indikasi
:
·
penggunaan
topical untuk infeksi pada mata dan telinga
·
penggunaan sistemik
jarang, terbatas hanya pada infeksi yang berbahaya dari enterobacter
pseudomonas
-
Efek samping : peracunan saraf (parestesi, pusing, ataksia),
gangguan ginjal
J.
METRONIDAZOL
-
Bersifat bakterisid
-
Aktif terhadap bakteri
aerob sperti bakteroides dan klostridium, juga sebagai antiprotozoa, dan
gardenella vaginalis
-
Terdistribusi baik pada
pemberian peroral
-
Efek samping iritasi
saluran cerna, sakit kepala,
K.
BASITRASIN
-
Gabungan polipeptida
anti stafilokokusyang digunakan secara topikal
-
Pemberian sistemik
merusak ginjal (nefrotoksik)
L.
GOLONGAN
SULFONAMIDA
-
Umumnya bersifat
bakteriostatik, dan pada dosis besar dapat bersifat bakterisid
-
Aktif terhadap :
streptokokus pyogenes grup A, pneumokokus, bacillus antracis, corynebakterium
difteriae, H.influensa, H.ducreyi, brusella, vibrio kolera, pateurella pestis,
actinomyces, glanuloma dinovani, klamidia, gonokokus, meningokokus, shigella,
E.coli
-
Mekanisme kerja :
kompetitif dengan PABA, PABA ektrasel diperlukan mikroba untuk membentuk asam
folat yang dibutuhkan pembentukan akhir asam nukleat, sehingga pertumbuhan
mikroba terhambat.
-
Absorbs terbaik melalui
saluran cerna, dapat juga melalui kulit dan vagina
-
Indikasi : banyak
tergeser oleh antibiotic golongan lain, tapi masih digunakan untuk
·
Infeksi saluran kemih
akut
·
Disentri basiler,
toksoplasmosis, dermatitisherpetiformis
·
Profilaksis infeksi
streptokokus pada penderita rematik, infeksi shigelosis, meningitis, infeksi
akibat kateterisasi, membebaskan kolon dari kuman sebelum operasi
·
Pengobatan plasmodium
falciparum yang resisten tehadap klorokuin
·
Diabetes mellitus,
contoh ; sulfonylurea
·
Diuretic, contoh ;
asetazolamida
·
Hipertiroid, contoh ;
tiourasil
-
Berdasarkan kecepatan
absorbs dan ekskresinya, digolongkan menjadi :
1.
Sulfonamide
yang absorbsi dan ekskresinya cepat
a. Sulfadiazin,
pemberian oral dan parenteral
b. Sulfamerazin
dan sulfametazin, peroral
c. Sulfisoksazol, peroral
d. Sulfametoksazol, peroral
e. Sulfametizol, peroral
2.
Sulfonamide
yang absorbsinya sedikit dalam saluran cerna
a.
Sulfaguanidin
b.
Suksinilsulfatiazol
c.
Sulfasalazine
M.
KOTRIMOKSAZOL
-
Kombinasi tetap trimetoprim
dengan sulfametoksazol yang memberikan efek sinergistik dan bersifat bakterisid
-
Efektif terhadap : S.pyogenes,
S.viridans, S.faecalis, E.coli, P.mirabilis, P.morganni, P.rettgeri,
enterobacter, aerobacter sp, salmonella, shigella, P.pseudomallei, seratia,
klebsiella, brucella abortus, pasteurella haemolityca, Y.pseudotuberculosis,
Y,enterocolita, nocardia asteroids, stafilokokus
-
Mekanisme kerja :
kompetitif inhibitor PABA
-
Indikasi
:
·
Infeksi
saluran kemih
·
Infeksi
saluran nafas
·
Alternative terapi
infeksi salmonellosis dan oleh V.kolera
-
Efek samping :
hemopoetik dam hipersensitif
Catatan: buku bacaan yang mudah di pahami dari penggolongan antibiotik atau pun obat lain dan mekanisme kerjanya menurut penulis adalah buku Kimia Medisina karya Siswandono.
Komentar
Posting Komentar